Sukoharjo, Ditjen Vokasi – Warna-warna cerah dengan corak yang menarik menjadi daya tarik kain shibori. Kain ini juga sering disebut dengan kain jumputan yang cukup familier di Indonesia. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Amalia, Sukoharjo, Jawa Tengah turut menghadirkan lulusan yang memiliki kreatifitas untuk membuat busana dari kain shibori dengan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).
Melalui kegiatan gelar karya, LKP Amalia turut memberikan semangat kepada peserta didik agar berani menjadi wirausahawan dengan menampilkan karyanya di depan umum. Busana kain yang dibuat dengan teknik ikat celup itu pun ditampilkan di tengah ramainya salah satu mal terbesar kota Solo pada Juni lalu.
“Kain shibori menjadi pusat perhatian di fashion show Puteri Heritage Indonesia 2022. Dengan melihat tren tersebut, kami ingin lulusan PKW 2023 dapat peka terkait tren fesyen,” ungkap Hani Safitri selaku Pemimpin LKP Amalia.
Kesuksesan gelar karya ini menjadi momen yang berharga bagi Mei Wulandari. Sejak dari awal sudah tertarik di bidang fesyen, membuat ia sangat bersemangat mengikuti program PKW bidang keterampilan menjahit di LKP tersebut.
“Saya senang menggambar busana tapi belum punya keahlian yang kompeten di bidang menjahit, untungnya ada program PKW yang gratis dan saya bisa meningkatkan kompetensi,” tutur Mei.
Sebelumnya Mei juga pernah bekerja di bidang pemasaran dan memutuskan untuk berhenti kerja karena ingin berwirausaha. Semangat wirausahanya pun tersalurkan melalui adanya program PKW. Selama pembelajaran tiga bulan, Mei tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Ia pun mempelajari bagaimana menggambar pola, berkreasi membuat busana, dan menjahit dengan rapi. Selain itu, tak kalah menarik bagi Mei adalah ia pun mempelajari pembuatan kain shibori dan pendalaman lebih dalam terkait kewirausahaannya.
“Setelah membuat kain, kami pun menghitung nilai jual dan pemasarannya. Itulah yang penting bagi kami agar bisa bertahan menjadi wirausaha,” jelas Mei.
Pengalaman mengikuti PKW pun mengantarkan Mei meraih penghargaan dalam gelar karya. Ia pun tampil anggun mengenakan blus dengan motif kain shibori yang dibuatnya. Ia merasa sangat senang, hasil karyanya yang awalnya ada di imajinasi dapat terealisasikan dengan nuansa ungu.
“Proses pembuatannya saya menuangkan desain baju dalam kertas lalu membuat rancangan pecah polanya kemudian menjahit menjadi baju sesuai ekspektasi saya. Itu adalah kebanggaan yg saya rasakan diwakili dengan penghargaan tersebut,” ungkap Mei.
Mei juga menerangkan bahwa dengan belajar di program PKW ia bisa merintis usaha bisnisnya. Ia pun diberikan modal berupa mesin jahit high speed dan mesin jahit obras. Setelah lulus program PKW bulan Juni lalu, ia sudah membuat 4 model sampel baju anak dari rentan usia 1-12 tahun. Selain itu, ia pun produksi baju anak dan menerima pemesanan kustom dan rombongan, Ia pun menerima jasa jahitan baju.
“Nama usaha rintisan saya adalah Mood Kids Fashion. Saya sudah dapat beberapa orderan baju anak dan juga 14 jahitan baju,” jelas Mei.
Sebagai Pemimpin LKP Amalia, Hani menjelaskan bahwa agar usaha rintisan program PKW bisa bertahan, ia melakukan pendampingan ke seluruh peserta didik.
“Kami mendatangi langsung rintisan usahanya dan memberikan masukan dari masalah yang mereka hadapi,” ungkap Hani.
Hani juga menjelaskan bahwa acara gelar karya merupakan sebagai penutupan program PKW yang diselenggarakan oleh Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Selain itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo serta beberapa sponsor turut mendukung kegiatan tersebut. (Zia/Cecep)